Pemuja.com – Satelit Nusantara Lima (SNL), hasil karya anak bangsa, resmi meluncur dari Amerika Serikat, menggunakan roket Falcon 9 milik SpaceX.
Pada tanggal 12 September 2025 pukul 08.56 WIB, Indonesia menorehkan tonggak sejarah baru dalam dunia teknologi dan kedaulatan digital.
Momen ini bukan sekadar peluncuran satelit, melainkan simbol kebangkitan Indonesia sebagai pemain utama dalam ekosistem komunikasi global.
Kolaborasi Global, Karya Nasional
SNL dimiliki dan dioperasikan oleh PT Satelit Nusantara Lima, anak usaha dari Pasifik Satelit Nusantara, perusahaan satelit swasta pertama Indonesia.
Dalam peluncurannya, PSN menggandeng mitra internasional seperti Boeing Satellite Systems dan SpaceX. Kolaborasi ini menunjukkan bahwa Indonesia tak hanya mampu bersaing, tetapi juga dipercaya dalam kerja sama teknologi tingkat tinggi.
Orbit Strategis, Kapasitas Terbesar di Asia Tenggara
Menempati slot orbit 113° Bujur Timur dikenal sebagai “golden spot” SNL mampu menjangkau seluruh wilayah Indonesia, termasuk daerah-daerah terpencil di kawasan timur.
Dengan kapasitas 160 Gbps dan teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS), SNL menjadi satelit komunikasi terbesar di Asia Tenggara dan menggenapkan kapasitas total satelit Indonesia menjadi 400 Gbps.
Jembatan Digital dari Sabang sampai Merauke
Satelit Nusantara Lima dirancang sebagai jembatan digital yang menghubungkan seluruh anak bangsa tanpa batas.
Menteri Komunikasi dan Digital, Meutya Hafid, menegaskan bahwa internet cepat bukan hanya soal teknologi, tetapi soal kesempatan yang setara.
Anak-anak di Maluku dan Papua kini memiliki akses belajar yang sama dengan anak-anak di Jakarta. Pasien di pulau kecil bisa berkonsultasi dengan dokter terbaik. UMKM di pelosok bisa bersaing di dunia digital.
Kedaulatan Teknologi dan Ketahanan Komunikasi
Peluncuran SNL juga menjadi simbol kemandirian teknologi satelit nasional. Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital memastikan registrasi orbit dan pengelolaan satelit dilakukan secara mandiri, menjaga kedaulatan dan ketahanan komunikasi Indonesia.
Ini adalah langkah strategis dalam memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat konektivitas digital di kawasan Asia Pasifik.
Setelah Palapa A1 (1976), Nusantara Satu (2019), dan SATRIA-1 (2023), kehadiran Satelit Nusantara Lima menegaskan bahwa Indonesia bukan lagi sekadar konsumen teknologi tetapi juga pengelola dan penyedia solusi komunikasi berbasis satelit.
Leave a comment