Pemuja.com – Dalam beberapa bulan terakhir, Indonesia menghadapi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang semakin meningkat.
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan masyarakat, terutama bagi mereka yang berharap pada janji pemerintahan Prabowo-Gibran untuk menciptakan 19 juta lapangan pekerjaan baru.
Namun, seiring dengan meningkatnya angka pengangguran, muncul pertanyaan besar: sejauh mana janji tersebut dapat direalisasikan?
Lonjakan PHK dan Dampaknya
Data terbaru menunjukkan bahwa jumlah pekerja yang terkena PHK terus bertambah. Hingga Mei 2025, tercatat lebih dari 26.455 orang kehilangan pekerjaan, dengan wilayah Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Riau sebagai penyumbang terbesar.
Sementara itu, angka pengangguran nasional mencapai 7,28 juta orang, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya.
Fenomena ini semakin terlihat dalam acara job fair yang dipenuhi oleh ribuan pencari kerja, mencerminkan tingginya kebutuhan akan lapangan pekerjaan baru.
Namun, realitas di lapangan menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi saat ini tidak mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar.
Janji 19 Juta Lapangan Pekerjaan
Janji penciptaan 19 juta lapangan pekerjaan pertama kali disampaikan oleh Gibran Rakabuming Raka dalam debat Pilpres 2024.
Ia menyatakan bahwa melalui hilirisasi industri, pemerataan pembangunan, transisi energi hijau, ekonomi kreatif, dan penguatan UMKM, target tersebut dapat tercapai.
Namun, para ekonom meragukan pencapaian angka tersebut. Menurut analisis, pertumbuhan ekonomi 1% hanya mampu menyerap sekitar 100 ribu tenaga kerja, jauh lebih sedikit dibandingkan era sebelumnya yang bisa mencapai 400 ribu tenaga kerja.
Dengan perhitungan ini, dalam lima tahun ke depan, hanya sekitar 3 juta tenaga kerja yang terserap, jauh dari 19 juta.
Strategi Pemerintah Yang Dipertanyakan
Pemerintahan Prabowo-Gibran telah merancang berbagai strategi penciptaan lapangan kerja, seperti pengembangan infrastruktur, industri kreatif, revitalisasi agrikultur dan maritim, serta subsidi asuransi bagi pekerja muda.
Namun, implementasi kebijakan ini masih belum terlihat nyata, sementara deindustrialisasi dini dan meningkatnya otomatisasi memperumit daya serap tenaga kerja.
Masyarakat pun semakin mempertanyakan realisasi janji 19 juta lapangan pekerjaan di tengah lonjakan PHK dan tantangan ekonomi yang belum teratasi. Kini, publik menunggu kebijakan konkret yang benar-benar mampu mengatasi masalah ketenagakerjaan.
Leave a comment