Home Berita #SaveRajaAmpat : Kontroversi Tambang Nikel di Raja Ampat
BeritaNasional

#SaveRajaAmpat : Kontroversi Tambang Nikel di Raja Ampat

Share
tambang nikel
aktivitas tambang nikel (Arsip Greenpeace).
Share

Pemuja.com – Raja Ampat, yang dikenal sebagai “Surga Terakhir” karena keindahan alamnya, kini menjadi sorotan publik akibat aktivitas tambang nikel yang diduga merusak ekosistemnya.

Tagar #SaveRajaAmpat ramai digunakan di media sosial sebagai bentuk protes terhadap eksploitasi sumber daya alam di wilayah tersebut.

Tambang Nikel Kontroversial

Aktivitas pertambangan di Raja Ampat, khususnya di Pulau Gag, Pulau Kawe, dan Pulau Manuran, telah memicu kekhawatiran luas.

Organisasi lingkungan seperti Greenpeace menyoroti dampak negatif dari hilirisasi nikel yang disebut-sebut sebagai jalan menuju energi bersih, tetapi meninggalkan jejak kehancuran di berbagai wilayah.

Dokumentasi yang beredar menunjukkan adanya penggundulan hutan dan sedimentasi yang mengancam ekosistem laut, termasuk terumbu karang yang menjadi daya tarik utama Raja Ampat.

Respons Pemerintah dan Kontroversi Pernyataan Bahlil Lahadalia

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, melakukan kunjungan ke Raja Ampat untuk meninjau aktivitas tambang.

Namun, pernyataannya justru menuai kontroversi. Alih-alih mengecam aktivitas tambang, Bahlil menyebut bahwa izin usaha pertambangan di Raja Ampat telah terbit sejak 2017 dan beroperasi sejak 2018, sebelum dirinya menjabat.

Ia juga menegaskan bahwa lokasi tambang berada sekitar 30-40 km dari kawasan wisata utama seperti Piaynemo, sehingga menurutnya tidak berdampak langsung pada pariwisata.

Pernyataan ini mendapat kritik dari aktivis lingkungan dan masyarakat setempat yang menilai bahwa jarak bukanlah faktor utama, melainkan dampak ekologis yang ditimbulkan oleh aktivitas tambang.

Gelombang Protes dan Tuntutan Publik

Kunjungan Bahlil ke Raja Ampat disambut dengan aksi protes dari berbagai kelompok, termasuk Koalisi Selamatkan Alam dan Manusia Papua.

Massa aksi bahkan meneriaki Bahlil sebagai “penipu” dan menuntut pencabutan izin tambang secara permanen.

Selain itu, UNESCO juga disebut tengah mempertimbangkan status Raja Ampat sebagai Global Geopark, yang bisa terancam jika aktivitas tambang terus berlanjut.

Kontroversi tambang nikel di Raja Ampat telah memicu gelombang protes besar-besaran, baik dari aktivis lingkungan maupun masyarakat setempat.

Tagar #SaveRajaAmpat menjadi simbol perlawanan terhadap eksploitasi sumber daya alam yang berpotensi merusak ekosistem Raja Ampat.

Dengan meningkatnya tekanan publik, pemerintah diharapkan mengambil langkah tegas untuk memastikan keberlanjutan lingkungan dan mempertahankan Raja Ampat sebagai salah satu destinasi wisata dan konservasi terpenting di dunia.


Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Don't Miss

Pengemudi Ojek Online Akan Matikan Aplikasi pada 20 Mei 2025?

Pemuja.com – Pada tanggal 20 Mei 2025, sekitar 500 ribu pengemudi ojek online (ojol) di seluruh Indonesia akan melakukan aksi mematikan aplikasi secara...

Awas, Grup Tak Senonoh Bersliweran di Dunia Maya

Pemuja.com – Media sosial Indonesia kembali dihebohkan dengan kemunculan sebuah grup Facebook bernama “Fantasi Sedarah”. Grup ini menjadi sorotan publik karena memuat konten...

Related Articles

Israel Serang Teheran, Iran Ancam Serangan Balasan

Pemuja.com – Jakarta, 13 Juni 2025 – Konflik antara Israel dan Iran...

Mitsubishi Fuso dan Hino Resmi Merger!

Pemuja.com – Setelah melalui berbagai tahap negosiasi, Daimler Truck dan Toyota Motor...

Wow, Gaji Hakim Naik Hingga 280%

Pemuja.com – Mahkamah Agung (MA) resmi mengukuhkan 1.451 orang sebagai hakim pengadilan...

Pesawat Boeing 787-8 Dreamliner Air India Jatuh di Ahmedabad

Pemuja.com – Hari ini, tanggal 12 Juni 2025 kembali menjadi hari kelam...