Pemuja.com – Hari ini, Jumat 5 September 2025, suasana di sekitar Istana Kepresidenan Jakarta terasa berbeda karena hadirnya berbagai Mahasiswa menyampaikan Aspirasi.
Di saat Presiden Prabowo Subianto menghadiri peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di Masjid Istiqlal, puluhan mahasiswa dari berbagai organisasi kemahasiswaan tetap melangkah ke gerbang Istana.
Mereka tidak datang untuk menyambut, melainkan untuk menyuarakan. Tidak menunggu momentum, mereka memilih bergerak.
Gerakan Mahasiswa Tak Terhenti Meski Presiden Absen
Absennya Presiden bukan alasan untuk menunda aspirasi. Mahasiswa dari BEM Nusantara, BEM UPN Veteran Jakarta, GMNI, PMII, HMI, GMKI, Himapolindo, dan BEM SI Kerakyatan tetap hadir dengan jas almamater masing-masing.
Mereka membawa tuntutan yang telah dirumuskan dalam gerakan “17+8 Tuntutan Rakyat” sebuah rangkuman keresahan publik yang mencakup isu pendidikan, keadilan hukum, transparansi anggaran, dan perlindungan terhadap kebebasan sipil.
Di antara tuntutan yang paling menonjol adalah :
- Pengesahan RUU Perampasan Aset
- Pembatalan kenaikan gaji dan tunjangan DPR
- Investigasi dugaan makar terhadap mahasiswa yang ditahan dalam aksi sebelumnya
- Perlindungan terhadap guru honorer dan tenaga pendidik non-PNS
- Pemberantasan korupsi secara sistemik dan transparan

Dialog Terbuka, Meski Tanpa Kepala Negara
Meski Presiden tidak berada di tempat, mahasiswa tetap diterima oleh jajaran menteri yang mewakili pemerintah. Di antaranya:
- Brian Yuliarto, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi
- Prasetyo Hadi, Menteri Sekretaris Negara
- Juri Ardiantoro, Wakil Menteri Sekretaris Negara
Dalam pertemuan tersebut, mahasiswa menyampaikan tuntutan secara langsung dan meminta komitmen pemerintah untuk menindaklanjuti.
Brian Yuliarto menyatakan bahwa pemerintah membuka ruang diskusi dan akan meneruskan semua poin aspirasi ke Presiden dan kementerian terkait.
“Kami ingin diskusi ini berlanjut secara terbuka dan berkelanjutan, tidak hanya ketika kondisi seperti ini,” ujarnya.
Aspirasi Mahasiswa yang Murni, Bukan Politis
Koordinator BEM SI Kerakyatan, Pasha Fazillah Afap, menegaskan bahwa gerakan ini tidak membawa kepentingan politik atau kelompok tertentu.
“Tidak ada satu kepentingan apapun yang kita bawa, murni betul-betul aspirasi dari masing-masing UKP yang kita serap dari masyarakat,” katanya.
Pernyataan ini menjadi penegasan bahwa gerakan mahasiswa hari ini bukan sekadar aksi simbolik, melainkan bentuk partisipasi aktif dalam demokrasi. Mereka hadir sebagai penyambung suara rakyat, bukan sebagai aktor politik.
Meski pertemuan berlangsung terbuka, mahasiswa menyatakan bahwa mereka akan terus mengawal proses tindak lanjut.
Mereka tidak ingin aspirasi berhenti di ruang rapat atau menjadi sekadar dokumentasi. Jika dalam waktu dekat tidak ada respons konkret dari pemerintah, aksi lanjutan bukan tidak mungkin terjadi.
Leave a comment