Pemuja.com – Akhirnya, sosok yang pernah menghebohkan Indonesia pada tahun 2022 karena membocorkan data jutaan warga dan pejabat negara, “Bjorka”, dikabarkan telah ditangkap. Namun, alih-alih membuat publik lega, kabar penangkapan ini justru menimbulkan banyak keraguan.
Publik menilai, orang yang ditangkap polisi bukanlah Bjorka asli, melainkan hanya sosok lain yang menggunakan nama sang hacker legendaris.

Bjorka dan Jejak Kehebohan Tahun 2022
Nama Bjorka pertama kali mencuat pada tahun 2022 ketika ia membocorkan data sensitif milik pemerintah dan pejabat tinggi negara.
Aksinya tidak hanya berupa peretasan, tetapi juga sindiran tajam terhadap lemahnya keamanan siber nasional.
Bjorka bahkan sempat menjadi perbincangan internasional karena menyebarkan data publik melalui forum global dan media sosial.
Bagi sebagian orang, Bjorka bukan hanya hacker, melainkan simbol perlawanan digital terhadap sistem yang dianggap rapuh.
Kini, ketika seseorang mengaku sebagai Bjorka berhasil ditangkap, banyak yang merasa cerita ini terlalu sederhana untuk ukuran sosok sebesar itu.

Ditangkap di Minahasa
Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya menangkap seorang pria berinisial WFT (22) di Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.
Polisi menyebut, WFT mengaku sebagai Bjorka dan telah meretas 4,9 juta data nasabah bank. Data tersebut diduga dijual di dark web menggunakan mata uang kripto.
Tersangka disebut aktif di dunia peretasan sejak 2020 dengan berbagai nama alias seperti SkyWave, ShinyHunter, dan Opposite6890. Kini ia dijerat dengan Undang-Undang ITE, dengan ancaman hukuman hingga 12 tahun penjara.
Publik Ragukan Penangkapan Bjorka Asli
Meski polisi mengumumkan keberhasilan besar, publik justru meragukan bahwa WFT adalah Bjorka yang sebenarnya. Keraguan ini muncul karena beberapa alasan yang dinilai cukup masuk akal, antara lain :
1. Kemampuan teknis tak seimbang
Bjorka yang asli dikenal mampu menembus sistem besar milik pemerintah, seperti data KPU, Kominfo, hingga sejumlah BUMN.
Sementara itu, tersangka WFT diketahui tidak memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknologi informasi — hanya belajar secara otodidak dari internet.
2. Motif yang berbeda
Dalam aksinya pada 2022, Bjorka disebut memiliki pesan politik tersendiri: mengecam lemahnya keamanan siber pemerintah dan memperjuangkan transparansi data publik.
Sedangkan WFT lebih berfokus pada penjualan data untuk keuntungan pribadi, jauh dari idealisme yang dulu melekat pada sosok Bjorka.
3. Jejak digital tak selaras
Dari analisis komunitas siber, terdapat perbedaan mencolok antara pola aktivitas akun WFT dan akun Bjorka lama.
Waktu unggahan, gaya komunikasi, serta teknik penyamaran digital yang digunakan dinilai tidak konsisten.
4. Tidak terlibat dalam kasus lama
Hingga kini, penyidik belum mengaitkan WFT dengan peretasan besar yang mengguncang data publik nasional pada 2022.
Hal ini memperkuat dugaan bahwa ia hanyalah pengikut atau peniru, bukan sosok asli di balik layar.
Polisi Tegaskan Penyelidikan Masih Berlanjut
Pihak kepolisian menyatakan bahwa penyelidikan terhadap tersangka masih terus dikembangkan.
Polisi membuka kemungkinan adanya jaringan yang lebih besar di balik aksi peretasan tersebut.
Kepolisian juga meminta masyarakat tidak berspekulasi dan menunggu hasil penyelidikan resmi yang sedang berjalan.
Misteri Bjorka Belum Usai
Kasus ini menambah panjang daftar misteri dunia siber Indonesia.
Apakah benar Bjorka telah tertangkap, atau justru sosok aslinya masih bebas di balik layar?
Bagi banyak orang, Bjorka bukan sekadar hacker, melainkan simbol keberanian di dunia digital.
Selama keamanan data di Indonesia belum benar-benar kuat, publik percaya bahwa “Bjorka” akan selalu ada dalam berbagai wujud.
Baca Artikel Lainnya :
- Asa Pupus : Timnas Indonesia Gugur dari Kualifikasi Piala Dunia
- Gempa Dahsyat Guncang Filipina Selatan, Tsunami Terdeteksi
- Israel–Palestina: Gencatan Senjata Dimulai, Namun Serangan Masih Terjadi
- Tolak Atlet Senam Israel di Kejuaraan Dunia 2025
- Sekolah Garuda: Langkah Strategis Menuju Indonesia Emas 2045
Leave a comment