Home Berita Makna Graffiti “Adili Jokowi” Yang Marak Di Berbagai Kota Indonesia
BeritaNasionalOpini

Makna Graffiti “Adili Jokowi” Yang Marak Di Berbagai Kota Indonesia

Graffiti ini terdapat di Solo, Jogja, Medan, Malang, Surabaya, dst.

Share
Share

Pemuja.com – Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes, seorang ahli telematika, multimedia, dan teknologi informasi yang juga aktif sebagai pengamat sosial-politik, kali ini menyinggung tentang graffiti “adili Jokowi”.

Sebagai pemerhati yang telah lama terlibat dalam diskursus mengenai komunikasi digital dan media. Kali ini Roy Suryo memberikan pandangannya dalam konteks graffiti “Adili Jokowi” dalam Opini Cerdas Pedas.

Dalam seminggu terakhir ini, ruang publik Indonesia dihiasi dengan Graffiti yang pada intinya berdasar kepada dua kata utama “Adili Jokowi”.

Ini adalah sebuah seruan yang sederhana, namun lugas dan tegas dari keinginan sebagian besar masyarakat -yang masih waras untuk mendesak aparat hukum melakukan tindakan tegas kepada Jokowi atas kelakuannya.

Alias tindakan pelanggaran hukumnya dimasa rezim satu dasawarsa alias 10 tahun pemerintahannya yang sangat amburadul alias ugal-ugalan kemarin.

BACA JUGA : PRESIDEN TURKI ERDOGAN KUNJUNGI INDONESIA, DALAM RANGKA APA?

Sekali lagi sebagaimana tulisan sebelumnya; “Setelah Sirkus, Sekarang ada Demo di depan rumah Jokowi” 08/02/25.

Saya tetap menyebut ekspresi masyarakat yang diwujudkan dengan coretan di berbagai ruang publik ini sebagai Graffiti.

Serta menolak keras bilamana ada oknum-oknum atau pihak-pihak yang pikirannya sudah sesat yang berusaha keras mendowngradenya menjadi “Vandalisme” dan kesannya sangat negatif, terwelu.

Mereka berusaha menekan berbagai media mainstream untuk menyebut atau menuliskannya begitu, meski Alhamdulillah Indonesia memiliki banyak media alternatif yang masih berpikiran jernih dan menuliskannya sebagai “Graffiti”.

Grafitti bertulisan "Adili Jokowi" di berbagai daerah
Grafitti di berbagai daerah

Secara detil, Graffiti “Adili Jokowi” terdapat di Solo, Jogja, Medan, Malang, Surabaya, dst. Sebenarnya soal Graffiti “Adili Jokowi” ini tidak perlu ada yang kebakaran jenggot hingga pikiran katrok yang masih saja menuduh gerakan ini ada kaitannya dengan kekalahan pilpres tahun 2024 lalu.

karena orang yang berpikiran begitu pasti otaknya dihantui oleh kesalahannya sendiri. Sebab Graffiti telah ada sejak zaman kuno dan mengalami perkembangan seiring waktu, bahkan sejak Zaman Prasejarah.

Sejarah penggunaan Graffiti

Graffiti pertama kali muncul dalam bentuk lukisan gua yang dibuat oleh manusia purba. Contohnya adalah Lukisan di gua Lascaux (Prancis) dan Altamira (Spanyol) yang berusia sekitar 17.000 tahun.

Lukisan ini menggunakan pigmen alami untuk menggambarkan hewan, manusia, dan simbol misterius. Di Indonesia hal sejenis terdapat di Gua Leang-leang di Sulawesi Selatan. Fungsinya bisa sebagai ritual spiritual, komunikasi, atau penanda perburuan.

Selanjutnya di Zaman Romawi & Yunani Kuno Graffiti banyak ditemukan di dinding kota, kuil, dan tempat umum. Biasanya berupa coretan politik, sindiran sosial, atau ekspresi pribadi.

Contoh di Pompeii, kota Romawi yang tertutup abu vulkanik dari letusan Gunung Vesuvius tahun 79 M yang berisi protes politik, humor kasar, dan bahkan iklan.

Saat masa Revolusi Kemerdekaan Indonesia di tahun 1945-1949-pun Graffiti digunakan sebagai media perlawanan terhadap penjajah.

Saat itu para pemuda Indonesia sering menuliskan slogan-slogan di tembok dan gerbong kereta, seperti: “Merdeka atau Mati!”, “Sekali Merdeka, Tetap Merdeka!” dsb.

Graffiti telah berkembang dari lukisan gua hingga menjadi alat komunikasi sosial dan politik. Hingga kini, grafiti tetap digunakan sebagai media ekspresi, protes, atau seni jalanan.

Di berbagai belahan dunia bahkan protes dengan Graffiti dihubungkan dengan teknologi komputer seperti kalimat “404-Not Found”. 

Padahal aslinya “404 Not Found” adalah kode status HTTP yang menandakan bahwa halaman atau sumber daya yang dicari di sebuah website tidak ditemukan di server.

Istilah ini pertama kali digunakan dalam protokol HTTP pada 1992 oleh Tim Berners-Lee, pencipta World Wide Web. Angka 404 berasal dari standar kode status HTTP yang ditetapkan oleh Internet Engineering Task Force (IETF).

Munculnya Graffiti untuk Kritik

Di Indonesia uniknya Graffiti yang menggambarkan wajah yang disebut mirip Jokowi dengan tulisan “404 Not Found” sempat viral di Indonesia sebagai bentuk kritik sosial dan politik.

Muncul sekitar tahun 2021 sebagai Graffiti besar disalahsatu Kolong Flyover diseputaran Batuceper, Tangerang, “404 Not Found” dalam konteks ini digunakan sebagai simbol kritik terhadap kepemimpinan Jokowi yang menunjukkan bahwa kebijakan atau kepemimpinan yang diharapkan tidak ditemukan.

Beberapa Pengamat politik menyebutkan graffiti ini merujuk pada kebebasan berpendapat yang semakin dibatasi, terutama setelah beberapa kasus pembungkaman kritik terhadap pemerintah.

Dungunya, aparat langsung menghapus atau menimpa cat terhadap Graffiti kreatif yang disebut mirip Jokowi dan “404-Not Found” tersebut.

Banyak muncul diskusi di media sosial mengenai batas antara Graffiti dan kebebasan berekspresi, bahkan saya sempat jadi Narasumber acara diskusi Live “Catatan Demokrasi” 17/08/21: https://youtu.be/wN9OBRO6Lt0 .

BACA JUGA : KONTAK DARURAT SANGAT PENTING UNTUK DI SIMPAN, SUDAHKAH MENYIMPAN KONTAK DARURAT SEKITAR CIBUBUR?

Meski Graffiti “404 Not Found” saat itu saya katakan tidak mirip tetapi toh dihapus juga oleh aparat. Namun ini contoh bagaimana seni jalanan digunakan sebagai medium kritik politik yang sah sebagaimana sejarahnya sejak dulu.

Kesimpulannya, Graffiti “Adili Jokowi” ini adalah salah satu ekspresi yang sah dan dilindungi kebebasan demokrasi.

Meskipun sebagian orang yang berpikiran picik menyebutnya dengan “Vandalisme”, mereka mungkin tidak pernah belajar sejarah sebagaimana yang sudah ditulis diatas.

Mulai jaman Prasejarah di Gua Leang-leang Sulsel hingga jaman Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Sebenarnya aksi ini tidak boleh berhenti sampai hanya Graffiti saja.

Snowballing-Effect yang diikuti dengan Demo hingga People-power sewarasnya dilakukan, sebagaimana yang akan saya tuliskan dalam buah pena selanjutnya .

Indonesia harus bergerak dan bahkan sampai membuat sebagian masyarakat memilih aksi sesuai trending topic #KaburAjaDulu …

)* Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes – Pemerhati Telematika, Multimedia, AI & OCB Independen – Jakarta, 12 Februari 2025

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Don't Miss

Berdasarkan CELIOS, 5 Menteri Ini Terancam Reshuffle

Pemuja.com – Setelah 100 hari masa kerja Presiden Prabowo Subianto, sinyal reshuffle kabinet menteri atau kabinet merah putih, telah menarik perhatian publik dan...

Kelalaian Sekolah SMA Mengisi PDSS: Ratusan Siswa Kecewa

Pemuja.com – Baru-baru ini, terjadi polemik di berbagai sekolah SMA Negeri. Contohnya, SMAN 1 Mempawah, Kalimantan Barat, terkait kelalaian dalam mendaftar Pangkalan Data...

Related Articles

Baca Artikel? Di Pemuja.Com Aja!!

PEMUJA.COM Tempat mu membaca artikel ter hangat dan menarik

Menkop Dan Menkomdigi Di Reshuffle?, Berikut Opini Roy Suryo

Oleh: Dr. KRMT Roy Suryo, M.Kes Pemuja.com – Selain Menteri Keuangan Sri...

Tips Menjaga Kesehatan Saat Bulan Puasa

Pemuja.com – Puasa di bulan Ramadan tidak hanya menjadi ibadah spiritual, tetapi...

Tol Jakarta-Cikampek Siap Menghadapi Arus Mudik Lebaran 2025

Pemuja.com – Tol Jakarta-Cikampek Selatan (Japek II Selatan) dipastikan akan beroperasi secara...