Pemuja.com – Affan Kurniawan (21), pengemudi ojek online, tewas tragis setelah dilindas kendaraan taktis Brimob saat demonstrasi di kawasan Pejompongan, Jakarta Pusat, Kamis malam, 28 Agustus 2025.
Video insiden itu viral: tubuh Affan tergeletak, mobil rantis melaju tanpa ampun. Publik bereaksi keras. Demonstrasi meluas, Gedung DPRD Makassar dibakar, Tiga ASN tewas, Negara terguncang.
Namun, Presiden Prabowo Subianto baru muncul ke rumah duka Affan di Menteng keesokan malamnya, Jumat pukul 21.50 WIB.
Ia datang mengenakan pakaian safari coklat, peci hitam, dan didampingi sejumlah pejabat. Ia memeluk keluarga, menyampaikan belasungkawa, dan menjanjikan bantuan berupa rumah.
Respon yang Terlambat, Affan Sudah Gugur
Kunjungan Prabowo ke rumah duka memang menyentuh secara simbolik. Tapi bagi banyak pihak, itu datang terlalu lambat.
Di tengah krisis kepercayaan terhadap aparat, publik menanti suara tegas dari kepala negara bukan sekadar pelukan dan janji rumah.
Selama lebih dari 24 jam setelah tragedi, tidak ada pernyataan resmi dari Istana. Sementara itu, media sosial dibanjiri kemarahan, tuntutan keadilan, dan seruan revolusi. Di Makassar, nyawa kembali melayang. Gedung wakil rakyat jadi abu.
Di Mana Kepemimpinan Saat Negara Membara?
Kritik terhadap Prabowo bukan hanya soal waktu. Tapi soal substansi. Di tengah krisis, publik menilai respons pemerintah minim arah.
Tidak ada konferensi pers darurat, Tidak ada instruksi terbuka kepada Kapolri, Tidak ada penegasan atas reformasi aparat.
Sebaliknya, yang muncul adalah gestur simbolik: kunjungan malam hari, pelukan, dan janji bantuan. Seolah tragedi ini adalah urusan pribadi, bukan kegagalan sistemik.
Simbolisme vs Tanggung Jawab
Gestur Prabowo bisa dibaca sebagai upaya pemulihan citra. Tapi publik makin cerdas membaca simbol. “Pahlawan kesiangan” bukan sekadar sindiran waktu, tapi kritik terhadap kepemimpinan yang hanya muncul saat kamera menyala.
Affan bukan korban tunggal. Ia simbol dari warga biasa yang terhimpit oleh negara yang gagal melindungi. Dan Prabowo, sebagai kepala negara, punya tanggung jawab lebih dari sekadar melayat.
Belasungkawa Tak Cukup Untuk Affan
Kunjungan Prabowo ke rumah Affan adalah momen penting. Tapi ia juga membuka pertanyaan besar: apakah negara hanya hadir setelah tragedi? Apakah keadilan hanya dijanjikan setelah nyawa melayang?
Jika kepemimpinan hanya muncul saat duka, maka publik berhak bertanya: di mana negara saat rakyatnya butuh perlindungan?
Leave a comment