Pemuja.com – Kerusuhan yang terjadi di Jakarta meninggalkan jejak kerusakan yang tak hanya fisik, tapi juga simbolik.
Sebanyak 22 halte TransJakarta ikon mobilitas warga Ibu Kota dilaporkan rusak akibat aksi anarkis oleh oknum tak dikenal.
Dari jumlah tersebut, enam halte terbakar dan dijarah, sementara 16 lainnya mengalami vandalisme dan coretan.
Kerusakan ini bukan sekadar gangguan layanan. Ia mencerminkan rapuhnya ruang publik dalam menghadapi ketegangan sosial, dan menguji respons pemerintah terhadap krisis infrastruktur yang berdampak langsung pada jutaan pengguna transportasi harian.
Gerak Cepat Pemprov DKI Jakarta
Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung bergerak cepat. Dalam konferensi pers di Balai Kota Jakarta, ia menegaskan bahwa proses pembersihan dan perbaikan telah dimulai sejak Sabtu, 30 Agustus 2025, dengan target rampung paling lambat 9 September.
“Mudah-mudahan baik yang rusak sedang maupun rusak berat dapat selesai tanggal 8 atau 9 September,” ujar Pramono
Langkah ini diiringi kebijakan penggratisan tarif TransJakarta dan MRT dari 1 hingga 8 September sebagai bentuk kompensasi dan pelayanan publik.
Subsidi yang digelontorkan untuk program ini diperkirakan mencapai Rp 18 miliar, sementara total kerugian akibat kerusuhan ditaksir Rp 55 miliar, mencakup infrastruktur transportasi dan fasilitas kota lainnya.
Fasilitas DKI Jakarta Dirusak, Warga Tetap Solid
Di tengah puing-puing halte yang hangus, muncul potret solidaritas warga. Pelajar, pengemudi ojek daring, dan petugas gabungan bergotong royong membersihkan halte-halte terdampak.
Termasuk Halte Senen yang sempat dibakar. Aksi ini bukan hanya pemulihan fisik, tapi juga pemulihan kepercayaan publik terhadap ruang bersama.
Selain itu, sebagai respons atas kerusakan 22 halte imbas aksi demonstrasi, TransJakarta menggratiskan seluruh layanan bus selama satu minggu.
Kebijakan ini berlaku mulai 1 September dan bertujuan meringankan beban mobilitas warga, sambil menunggu proses pemulihan halte rampung.
Meski layanan TransJakarta telah kembali normal di 14 koridor sejak 1 September, pertanyaan besar tetap menggantung: siapa yang bertanggung jawab atas kerusuhan ini?
Kepolisian melaporkan penangkapan 1.240 orang perusuh, mayoritas bukan warga setempat. Namun, transparansi investigasi dan jaminan keamanan jangka panjang masih dinanti publik.
Leave a comment