Pemuja.com – Gelombang protes warga Jepang terhadap kebijakan imigrasi kembali mencuat, menyusul program pertukaran tenaga kerja antara Jepang dan India yang diluncurkan oleh Perdana Menteri Shigeru Ishiba.
Program ini, yang bertujuan mengisi kekosongan tenaga kerja di sektor industri dan teknologi, justru memicu ketidakpuasan publik dan mempercepat krisis politik di tubuh pemerintahan.
Program Pertukaran yang Memicu Kontroversi
Dalam upaya mengatasi krisis demografi dan kekurangan tenaga kerja, pemerintah Jepang di bawah kepemimpinan Ishiba menjalin kerja sama bilateral dengan India.
Program ini memungkinkan ribuan warga India untuk bekerja dan menetap sementara di Jepang, khususnya di bidang manufaktur, perawatan lansia, dan teknologi informasi.
Namun, kebijakan ini dianggap terlalu terburu-buru dan minim sosialisasi. Banyak warga lokal merasa khawatir akan dampak sosial dan budaya dari meningkatnya jumlah imigran, terutama di kota-kota kecil yang sebelumnya homogen.
Kelompok konservatif menilai program ini sebagai ancaman terhadap identitas nasional dan stabilitas sosial.
Protes Warga dan Ketegangan Politik Jepang
Sejak awal 2025, demonstrasi kecil mulai bermunculan di berbagai wilayah, terutama di daerah suburban dan kota industri.
Keluhan warga berkisar dari kekhawatiran akan persaingan kerja, perubahan budaya lokal, hingga ketidakpuasan terhadap transparansi pemerintah.
Tekanan politik pun meningkat. Partai Demokrat Liberal (LDP) yang dipimpin Ishiba mengalami kekalahan beruntun dalam pemilu majelis tinggi dan rendah.
Faksi konservatif dalam partai mulai mendesak agar Ishiba bertanggung jawab atas kebijakan yang dinilai “terlalu terbuka” terhadap imigrasi.
Pengunduran Diri Sang Perdana Menteri Jepang
Pada 7 September 2025, Shigeru Ishiba resmi mengumumkan pengunduran dirinya. Dalam konferensi pers yang emosional, ia menyatakan bahwa keputusan tersebut diambil demi menjaga stabilitas politik dan memberi ruang bagi generasi baru untuk memimpin Jepang.
“Saya telah menyelesaikan negosiasi penting dengan Amerika Serikat dan menyelesaikan program pertukaran tenaga kerja. Kini saatnya saya menyerahkan tongkat estafet,” ujar Ishiba.
Masa Depan Kebijakan Imigrasi Jepang
Pengunduran diri Ishiba membuka babak baru dalam politik Jepang. Para kandidat pengganti mulai bermunculan dengan pendekatan yang lebih hati-hati terhadap isu imigrasi.
Beberapa tokoh konservatif menyerukan peninjauan ulang terhadap program pertukaran dan pembatasan jumlah imigran.
Namun, tantangan demografi Jepang tetap nyata. Dengan populasi yang menua dan angka kelahiran yang rendah, kebutuhan akan tenaga kerja asing sulit dihindari.
Leave a comment