Home Berita Meminta Rida Kiai, Keluarga Korban Al Khoziny Pilih Ikhlas?
BeritaNasional

Meminta Rida Kiai, Keluarga Korban Al Khoziny Pilih Ikhlas?

Share
Share

Pemuja.com – Tragedi ambruknya musala empat lantai di Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, menewaskan puluhan santri dan melukai banyak lainnya.

Namun di balik duka mendalam, muncul fenomena sosial yang mengundang perhatian: sebagian keluarga korban memilih untuk tidak menuntut pihak pesantren, bahkan menolak santunan, demi mengharap rida dari sang kiai.

Ikhlas Tanpa Gugatan

Beberapa orang tua korban menyatakan bahwa mereka menerima musibah ini sebagai takdir Allah dan tidak ingin memperpanjang urusan hukum.

Bagi mereka, hubungan spiritual dengan pengasuh pesantren, KH R. Abdus Salam Mujib, jauh lebih penting daripada kompensasi atau tuntutan keadilan.

“Kami ikhlas. Ini sudah kehendak Allah. Kami tidak ingin menuntut, cukup kami mendapat rida dari kiai,” ujar salah satu wali santri yang anaknya menjadi korban.

Sikap ini mencerminkan kuatnya budaya kepatuhan dan penghormatan terhadap kiai dalam tradisi pesantren, di mana figur pengasuh tidak hanya dipandang sebagai pemimpin lembaga, tetapi juga sebagai pembimbing spiritual yang dihormati sepenuh hati.

Ketika Takdir Bertemu Kelalaian

Pernyataan KH Abdus Salam Mujib yang menyebut tragedi sebagai “takdir dari Allah” sempat menuai kritik. Publik mempertanyakan apakah takdir bisa dijadikan tameng atas dugaan kelalaian konstruksi, mengingat bangunan musala yang ambruk diduga tidak sesuai SOP.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) pun angkat suara, meminta agar pembangunan ponpes yang tidak memenuhi standar dihentikan. Sekjen MUI, Amirsyah Tambunan, menegaskan bahwa keselamatan santri harus menjadi prioritas utama.

Antara Keimanan dan Akuntabilitas

Fenomena keluarga yang memilih ikhlas tanpa tuntutan membuka ruang refleksi: apakah keimanan dan penghormatan terhadap kiai harus menghapus akuntabilitas? Di satu sisi, sikap ini menunjukkan kedalaman spiritual dan keikhlasan luar biasa. Namun di sisi lain, publik bertanya-tanya apakah ini justru menormalisasi kelalaian yang bisa berulang.

Baca Artikel Lainnya :

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Don't Miss

APBN 2026 Disahkan!

Pemuja.com – Sidang Paripurna DPR RI pada Selasa, 23 September 2025, menjadi momentum penting bagi perjalanan ekonomi Indonesia. Dalam rapat yang dihadiri 293...

Menkeu Purbaya Siap Tarik Dana MBG dan Evaluasi Cukai Rokok

Pemuja.com – Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengeluarkan pernyataan tegas terkait penyerapan anggaran Program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dalam konferensi pers pada...

Related Articles

Asa Pupus : Timnas Indonesia Gugur dari Kualifikasi Piala Dunia

Pemuja.com – Langit malam di Jeddah seakan ikut muram ketika peluit panjang...

Gempa Dahsyat Guncang Filipina Selatan, Tsunami Terdeteksi

Pemuja.com – Gempa bumi berkekuatan magnitudo 7,4 mengguncang wilayah selatan Filipina pada...

Israel–Palestina: Gencatan Senjata Dimulai, Namun Serangan Masih Terjadi

Pemuja.com – Upaya perdamaian antara Israel dan Palestina kembali bergulir sejak awal...

Tolak Atlet Senam Israel di Kejuaraan Dunia 2025

Pemuja.com – Pemerintah Indonesia menegaskan sikapnya dengan menolak kehadiran atlet senam asal...