Pemuja.com – Pemerintah resmi mengumumkan paket stimulus ekonomi pada 15 September 2025 dengan total anggaran sebesar Rp16,23 triliun. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut langkah ini sebagai strategi menjaga daya beli masyarakat sekaligus menahan laju perlambatan ekonomi.

Isi stimulus ini dikemas dalam formula 8+4+5 program, dengan rincian sebagai berikut:
8 Program Akselerasi 2025
- Bantuan pangan: 10 kg beras untuk 18,3 juta keluarga penerima manfaat (Oktober–November 2025).
- Program magang: untuk 20 ribu fresh graduate, dengan biaya ditanggung pemerintah.
- Insentif PPh 21 DTP: bagi 552 ribu pekerja sektor pariwisata (hotel, restoran, kafe).
- Diskon iuran BPJS Ketenagakerjaan (JKK/JKM): khusus pengemudi ojek online, kurir, dan pekerja logistik.
- Program perumahan BPJS Ketenagakerjaan: dengan bunga pinjaman lebih rendah.
- Program padat karya tunai: di sektor perhubungan dan pekerjaan umum.
- Deregulasi usaha: penerapan PP No. 28/2025, RDTR digital, serta integrasi OSS.
- Program perkotaan berbasis UMKM & gig economy: perbaikan pemukiman dan digitalisasi pemasaran.
4 Program Lanjutan 2026
- Perpanjangan pajak final UMKM 0,5%.
- Perpanjangan insentif PPh 21 DTP sektor pariwisata.
- Perpanjangan PPh 21 DTP untuk industri padat karya.
- Diskon iuran BPJS Ketenagakerjaan untuk pekerja bukan penerima upah di seluruh sektor.
5 Program Unggulan Penyerapan Kerja
- Pendirian Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih.
- Pembangunan Kampung Nelayan Merah Putih.
- Revitalisasi tambak di Pantura.
- Modernisasi kapal nelayan.
- Replanting perkebunan rakyat (tebu, kakao, kopi, kelapa, pala, mete) seluas ratusan ribu hektare.
Lebih Banyak Menyasar Kalangan Bawah
Jika melihat isi program, stimulus ini jelas lebih menyentuh kalangan menengah bawah dan masyarakat rentan.
Bantuan pangan, potongan iuran BPJS bagi pekerja informal, insentif UMKM, serta program padat karya lebih relevan untuk mereka yang kesehariannya masih berjuang menjaga daya beli.

Meski ada sedikit manfaat bagi kalangan menengah, seperti program perumahan dan magang untuk fresh graduate, porsinya terbilang minim.
Kalangan menengah yang selama ini menjadi tulang punggung konsumsi nasional justru terlihat seperti tidak diperhatikan keberadaannya oleh pemerintah.
Padahal, kelompok ini juga merasakan tekanan ekonomi, mulai dari cicilan, biaya pendidikan, hingga kenaikan harga kebutuhan pokok.
Kenapa Baru Dirilis di Penghujung Tahun?
Yang menarik, stimulus besar ini baru dirilis menjelang akhir 2025. Hal ini memunculkan pertanyaan publik: mengapa tidak sejak awal tahun, ketika tekanan harga dan tuntutan masyarakat mulai meningkat?
Tidak sedikit yang menilai bahwa peluncuran stimulus ini berkaitan dengan meningkatnya aksi protes dan tuntutan rakyat dalam beberapa bulan terakhir.

Apalagi sejumlah poin stimulus, seperti perlindungan untuk pengemudi ojek online, bantuan pangan, hingga dukungan UMKM, memang sejalan dengan aspirasi yang ramai disuarakan di jalanan.
Meski pemerintah menegaskan stimulus ini ditujukan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen, publik tentu menunggu realisasinya.
Apakah paket ini benar-benar akan meringankan beban rakyat kecil, atau hanya menjadi langkah politis yang muncul terlambat di saat tekanan sudah terlanjur memuncak?
Leave a comment