Pemuja.com – PT GoTo Gojek Tokopedia (GOTO) tengah menghadapi dinamika pasar yang kompleks akibat rumor merger dengan Grab Holdings.
Alih-alih mengalami penguatan, saham GOTO justru mengalami tekanan, mencerminkan kekhawatiran investor terhadap masa depan perusahaan.
Meski belum ada keputusan resmi mengenai merger ini, Sekretaris Perusahaan GoTo, RA Koesoemohadiani, mengungkapkan bahwa perusahaan menerima berbagai penawaran dari pihak eksternal.
Ia menegaskan bahwa manajemen berkomitmen untuk mengevaluasi setiap proposal dengan cermat, memastikan memberikan nilai jangka panjang bagi pemegang saham.
Pergerakan Saham GOTO: Merger atau Ketidakpastian?
Penurunan harga saham ini bertepatan dengan munculnya kabar akuisisi oleh Grab, yang disebut-sebut akan rampung pada kuartal II-2025 dengan nilai transaksi mencapai US$ 7 miliar.
Meskipun kabar merger bisa menjadi katalis positif dalam jangka pendek, ketidakpastian seputar kesepakatan ini telah memicu aksi jual di pasar.
“Adalah kewajiban Direksi untuk menjajaki secara menyeluruh dan mengevaluasi dengan cermat serta penuh kehati-hatian berbagai penawaran tersebut dengan tujuan untuk meningkatkan nilai jangka panjang bagi seluruh pemegang saham Perseroan,” jelas Koesoemohadiani dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis, 8 Mei 2025.
Namun, pernyataan tersebut tampaknya tidak cukup meredakan ketidakpastian di pasar. Investor terus mengamati pergerakan saham GOTO pada Rabu (14/5/2025) pukul 15.07 WIB.
Saham GoTo berada di harga Rp 79 per saham, turun 2,47% dalam sehari. Bahkan, dalam sepekan terakhir, saham GoTo telah melemah 4,82%.
Perdagangan saham menunjukkan volume transaksi sebesar 5,75 miliar, dengan nilai transaksi mencapai Rp 459,78 miliar, menandakan tingginya aktivitas jual-beli saham.
Strategi Buyback Saham dan Upaya Menjaga Valuasi
Dalam tekanan pasar, GoTo telah mengumumkan buyback saham Rp 3,3 triliun, akan mulai 19 Juni 2025 hingga 18 Juni 2026.
Sumber dana untuk buyback ini berasal dari kas internal, tanpa menggunakan pinjaman atau utang dalam bentuk apa pun.
Koesoemohadiani menjelaskan bahwa pembelian kembali saham ini bertujuan untuk memperkuat struktur permodalan perusahaan dan meningkatkan kepercayaan investor.
Namun, ia juga menggarisbawahi bahwa langkah tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kepentingan berbagai pemangku kepentingan.
“Perseroan tetap memperhatikan kepentingan terbaik bagi mitra pengemudi, mitra UMKM, pelanggan, karyawan, dan seluruh pemangku kepentingan kunci,” ujar Koesoemohadiani.
Meski buyback sering kali dipandang sebagai strategi untuk mempertahankan valuasi saham, efeknya terhadap harga saham dalam jangka pendek masih menjadi perdebatan.
Hingga kini, GOTO masih bergerak dalam tren sideways, dengan potensi penguatan ke level Rp 89 hingga Rp 103 per saham.
Masa Depan GoTo di Tengah Ketidakpastian Merger
Sementara isu merger terus berkembang, investor dihadapkan pada dua skenario utama, jika merger dengan Grab benar-benar terjadi, maka GOTO berpeluang memperoleh keuntungan dari sinergi bisnis dan ekspansi regional.
Namun, jika kesepakatan tidak terealisasi, tekanan terhadap saham bisa berlanjut, terutama jika pasar melihat langkah buyback.
Koesoemohadiani menegaskan bahwa hingga saat ini belum ada keputusan final, dan perusahaan tetap fokus pada strategi jangka panjangnya.
Pernyataan ini menjadi sinyal bagi investor bahwa GoTo masih dalam tahap evaluasi, sehingga ketidakpastian di pasar mungkin akan bertahan.
Dengan kondisi pasar yang dinamis, pelaku investasi disarankan untuk terus memantau perkembangan merger ini serta bagaimana manajemen GoTo merespons tantangan bisnis ke depan.
- Iran Balas Serangan : Rudal Hipersonik Tembus Iron Dome Israel
- Israel Serang Teheran, Iran Ancam Serangan Balasan
- Mitsubishi Fuso dan Hino Resmi Merger!
- Wow, Gaji Hakim Naik Hingga 280%
- Pesawat Boeing 787-8 Dreamliner Air India Jatuh di Ahmedabad
GoTo dengan Grab namun karena ketidakpastian ini saham GoTo Turun?
Leave a comment