Pemuja.com – Berita duka datang dari kota Domba, Garut. Pesta rakyat yang digelar untuk merayakan pernikahan Maula Akbar Mulyadi, putra Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi (KDM), dengan Wakil Bupati Garut Putri Karlina, berubah menjadi tragedi.
Tiga orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka dalam kericuhan yang terjadi saat pembagian makan gratis di Alun-Alun Garut.

Lonjakan Massa dan Awal Kericuhan Pesta Rakyat
Sejak pagi, ribuan warga dari berbagai daerah memadati area sekitar Pendopo Kabupaten Garut. Acara yang semula bertujuan untuk berbagi kebahagiaan melalui hiburan dan makan gratis justru memicu kepadatan luar biasa. Usai salat Jumat, massa semakin membludak, terutama di gerbang utama tempat makanan dibagikan.
Ketika gerbang dibuka, antrean berubah menjadi dorong-dorongan. Warga yang berada di barisan depan terjepit dan banyak yang jatuh terinjak-injak.
Suasana berubah kacau dalam hitungan menit. Petugas keamanan kewalahan mengendalikan situasi, sementara ambulans mulai berdatangan untuk mengevakuasi korban.
Korban Jiwa dan Luka-Luka
Tragedi ini merenggut nyawa tiga orang. Vania Aprilia, seorang anak berusia delapan tahun asal Kelurahan Sukamentri, Garut Kota, meninggal dunia akibat sesak napas dan luka di bagian dada.
Dewi Jubaedah, perempuan lanjut usia asal Jakarta Utara, ditemukan tak sadarkan diri di tengah kerumunan dan dinyatakan meninggal saat tiba di RSUD dr Slamet Garut.

Sementara itu, Bripka Cecep Saeful Bahri, anggota Polres Garut yang bertugas mengamankan acara, turut menjadi korban setelah terjatuh dan mengalami trauma kepala berat.
Selain korban jiwa, puluhan warga mengalami luka-luka, mulai dari lecet ringan hingga sesak napas. Beberapa di antaranya masih menjalani perawatan intensif di RS Guntur dan RSUD dr Slamet.
Respons Kepolisian
Kabid Humas Polda Jabar, Kombes Pol Hendra Rochmawan, menyatakan bahwa pihak kepolisian telah mengimbau panitia untuk menghentikan seluruh rangkaian acara.
Namun, laporan di lapangan menyebutkan bahwa panggung hiburan sempat tetap berlangsung meski suasana duka menyelimuti lokasi.
Tanggapan KDM
Gubernur Dedi Mulyadi, yang akrab disapa KDM, menyampaikan bahwa secara pribadi dirinya tidak mengetahui adanya acara syukuran dan makan bersama warga.
Ia menjelaskan bahwa informasi yang diterimanya hanyalah terkait kegiatan pentas seni yang rencananya akan ia hadiri.

Dalam kesempatan tersebut, KDM juga menyampaikan rasa belasungkawanya yang mendalam atas musibah yang terjadi. “Saya turut berduka cita. Semoga almarhum dan almarhumah diterima iman Islamnya, diampuni segala dosanya, dan ditempatkan di sisi Allah SWT dalam tempat yang mulia,” ucapnya.
Suka Cita Berubah Menjadi Duka Cita
Tragedi ini membuka kembali wacana tentang pentingnya manajemen massa dan protokol keamanan dalam acara terbuka. Banyak pihak menyoroti kurangnya koordinasi antara panitia dan aparat keamanan, serta minimnya kontrol terhadap jumlah peserta yang hadir.
Pesta rakyat seharusnya menjadi simbol kebersamaan dan kegembiraan. Namun, tanpa perencanaan matang dan pengawasan ketat, acara semacam ini bisa berubah menjadi bencana.
Masyarakat berharap agar kejadian serupa tidak terulang, dan pihak terkait bertanggung jawab atas kelalaian yang terjadi.
Baca Artikel Lainnya :
- Tak Terima Uang, Tapi Tetap Bersalah. Tom Lembong Divonis 4,5 Tahun Penjara
- Pesta Rakyat Garut Berlangsung Ricuh : Tiga Meninggal Dunia
- Upacara 17 Agustus 2025: Di Jakarta Bukan Di IKN, Kenapa?
- Jaksa Selidiki Keuntungan Nadiem Makarim Kasus Chromebook
- Timnas Indonesia di Round 4: Tantang 2 Raksasa Asia
Leave a comment