Pemuja.com – TikTok telah menjadi salah satu aplikasi paling populer di dunia, khususnya di kalangan generasi muda. Dengan lebih dari 1 miliar pengguna aktif, platform ini tak hanya menjadi tempat berbagi video kreatif, tetapi juga alat penting dalam membentuk tren sosial, budaya, dan bahkan opini publik. Namun, meskipun menawarkan beragam manfaat bagi penggunanya, TikTok juga tak lepas dari kontroversi, terutama di negri Paman Sam.
Masalah TikTok dengan Amerika Serikat dimulai pada tahun 2020 ketika pemerintahan Donald Trump saat itu mengusulkan pemblokiran aplikasi ini. Kekhawatiran utama adalah bahwa data pengguna TikTok, yang dimiliki oleh perusahaan China ByteDance, dapat diakses oleh pemerintah China untuk spionase atau mempengaruhi opini publik di Amerika Serikat. Selain itu, aplikasi ini bisa digunakan untuk menyebarkan propaganda atau mempengaruhi opini publik, serta ByteDance dianggap kurang transparan dalam mematuhi regulasi data di Amerika Serikat.

Masalah mengenai pemblokiran TikTok ini dilanjutkan oleh pemerintahan Biden dengan menetapkan tenggat waktu bagi ByteDance untuk menjual operasional TikTok di Amerika Serikat, namun negosiasi tersebut gagal. TikTok akhirnya memilih untuk menutup operasionalnya di Amerika Serikat dan pada 19 Januari 2025, Amerika Serikat secara resmi memblokir TikTok karena kekhawatiran terkait keamanan nasional.
Bagi Amerika Serikat, hidup tanpa TikTok berarti mengurangi potensi risiko terhadap keamanan nasional dan privasi data. Namun, ada pandangan yang mengatakan bahwa pemblokiran ini juga merupakan bentuk proteksionisme terhadap teknologi asing. Reaksi dari masyarakat juga beragam, dengan beberapa mendukung langkah ini sebagai cara melindungi keamanan nasional, sementara yang lain merasa kecewa, terutama para pengguna TikTok yang kehilangan platform kreatif penting bagi kehidupan sosial mereka.

Keputusan ini menyoroti pentingnya menjaga keamanan data dan privasi di era digital, serta perlunya transparansi dan kepatuhan terhadap regulasi data oleh perusahaan teknologi. Akankah hal ini juga berlaku di Indonesia. Menarik untuk dilihat bagaimana keberadaan TikTok di Indonesia akan terus beradaptasi dengan berbagai regulasi yang mungkin muncul, sembari tetap memenuhi kebutuhan masyarakat akan konten yang kreatif dan informatif.
Leave a comment