Pemuja.com – Pada Minggu pagi, 17 Agustus 2025, tepat pukul 05.38 WIB atau 06.38 WITA, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, diguncang gempa bumi berkekuatan magnitudo 6,0.
Gempa ini terjadi saat masyarakat tengah bersiap menyambut peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-80.
Pusat gempa berada di darat, sekitar 18 kilometer barat laut Kota Poso, dengan kedalaman hanya 10 kilometer.
Karena kedalamannya yang dangkal, guncangan terasa sangat kuat di sejumlah wilayah sekitar, termasuk Luwu Timur, Mamuju, Masamba, Palopo, dan Tana Toraja.
Karakteristik Gempa Yang Timbul Di Poso
Gempa yang mengguncang Poso tergolong sebagai gempa dangkal dan dipicu oleh aktivitas sesar naik Tokoraru, sebuah patahan aktif yang melintasi wilayah tersebut.
Meskipun tidak berpotensi menimbulkan tsunami besar, BMKG mencatat adanya tsunami minor setinggi 4,3 sentimeter di wilayah TPI Ampana.
Guncangan gempa dirasakan cukup kuat, mencapai skala V hingga VI MMI, yang berarti cukup untuk merusak bangunan dan memicu kepanikan warga.
Dampak dan Kerusakan Oleh Gempa Poso Dilaporkan
Dampak gempa sangat terasa di sembilan desa yang tersebar di Kecamatan Poso Pesisir dan sekitarnya. Salah satu insiden paling tragis terjadi di Desa Masani, di mana Gereja Elim roboh saat ibadah pagi berlangsung.
Selain itu, sebanyak 45 rumah warga dilaporkan rusak, terdiri dari 12 rumah rusak berat dan 33 rusak ringan. Fasilitas umum seperti SDN 1 Tangkura, beberapa masjid, dan gereja lainnya juga mengalami kerusakan.
Banyak warga terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman karena khawatir akan gempa susulan dan potensi keruntuhan bangunan.
Korban Jiwa dan Luka Gempa Poso
Gempa ini menelan korban jiwa. Seorang jemaat Gereja Elim Masani, bernama Katrin Kande, meninggal dunia akibat tertimpa reruntuhan bangunan saat sedang mengikuti ibadah.
Selain itu, sebanyak 29 orang mengalami luka-luka, dengan dua di antaranya dalam kondisi kritis. Sebagian besar korban luka dirawat di RSUD Poso, dan beberapa menjalani operasi akibat cedera serius.
Ribuan warga lainnya memilih mengungsi ke lapangan terbuka dan tenda darurat yang disediakan oleh pemerintah daerah dan relawan.
Gempa Susulan Terjadi
Setelah gempa utama, BMKG mencatat lebih dari 25 gempa susulan dalam kurun waktu beberapa jam. Gempa-gempa susulan ini berkisar antara magnitudo 2,0 hingga 5,0 dan terus dirasakan oleh warga.
Guncangan susulan yang berulang membuat masyarakat enggan kembali ke rumah mereka, terutama bagi yang tinggal di bangunan yang sudah retak atau rusak.
Pemerintah Beri Bantuan Cepat
Pemerintah pusat dan daerah bergerak cepat dalam merespons bencana ini. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) segera mengirimkan Tim Reaksi Cepat (TRC) ke lokasi terdampak untuk melakukan evakuasi, pendataan, dan distribusi bantuan.
Bantuan darurat yang dikirim meliputi tenda pengungsian, makanan siap saji, hygiene kit, selimut, dan perlengkapan bayi.
Sementara itu, PLN berhasil memulihkan aliran listrik di seluruh wilayah terdampak pada pukul 11.55 WITA, hanya beberapa jam setelah gempa terjadi.
Pemerintah daerah juga membuka posko pengungsian dan layanan kesehatan darurat, serta mengerahkan aparat untuk membantu proses evakuasi dan pemulihan infrastruktur. Beberapa relawan dan organisasi kemanusiaan turut bergabung dalam upaya penanganan bencana.
Warga Diberi Imbauan
BMKG dan BNPB mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk tetap tenang dan waspada terhadap gempa susulan.
Warga diminta menjauhi bangunan yang retak atau berpotensi roboh, serta tidak mudah percaya pada informasi yang belum terverifikasi.
Pemerintah juga menyarankan agar setiap keluarga menyiapkan tas siaga berisi dokumen penting, obat-obatan, makanan ringan, senter, dan alat komunikasi untuk menghadapi situasi darurat.
Leave a comment