Home Berita Ketegangan di Selat Hormuz: Harga Minyak Melejit
BeritaInternasional

Ketegangan di Selat Hormuz: Harga Minyak Melejit

Share
Kapal Minyak di Selat Hormuz
Share

Pemuja.com – Penutupan Selat Hormuz oleh Iran telah mengguncang pasar sektor energi dan sektor-sektor lainnya di dunia secara signifikan.

Selat ini merupakan jalur vital bagi sekitar 20% pasokan minyak global setiap harinya. Sejak pengumuman resmi Iran, harga minyak global melonjak tajam dalam waktu singkat.

Harga Minyak Tembus $110, Batu Bara dan CPO Ikut Naik

Minyak Brent mencatat rekor tertinggi dua tahun terakhir, menyentuh $110 per barel pada perdagangan Selasa. WTI juga meningkat drastis, menembus $106 per barel dalam perdagangan berjangka di New York.

Kekhawatiran pasar terhadap gangguan suplai mendorong lonjakan harga yang belum menunjukkan tanda melambat. Lonjakan harga minyak berimbas pada komoditas energi lain seperti batu bara dan gas alam cair (LNG).

Harga batu bara thermal naik lebih dari 12% dibandingkan minggu sebelumnya. Sementara itu, harga minyak kelapa sawit (CPO) juga terdorong naik hingga 9% di Bursa Malaysia.

Peningkatan ini menjadi angin segar bagi negara eksportir, termasuk Indonesia yang andalkan ekspor batu bara dan CPO.

Namun, bagi negara importir energi, lonjakan harga memperbesar tekanan fiskal dan risiko inflasi.

Momentum atau Ancaman?

Dr. Eko Listiyanto, ekonom senior dari INDEF, menilai dampak ini bersifat ambivalen untuk Indonesia. “Ekspor komoditas meningkat, tapi subsidi energi akan membengkak karena harga minyak naik tajam,” ujarnya.

Ia juga menekankan pentingnya kebijakan fiskal yang adaptif, termasuk memperkuat program hilirisasi dan memperluas penggunaan biodiesel domestik untuk mengurangi ketergantungan pada minyak impor.

Pemerintah didorong memperluas pemanfaatan biodiesel domestik demi mengurangi ketergantungan minyak impor. Langkah strategis seperti hilirisasi komoditas juga perlu dipercepat untuk meningkatkan nilai tambah ekspor.

Tidak Hanya Minyak, Komoditas Lain Dapat Terpengaruh

Tak hanya sektor energi, logam industri turut terdampak volatilitas harga komoditas global. Tembaga dan nikel mencatat kenaikan harga akibat kekhawatiran terhadap pasokan energi global.

Indonesia sebagai eksportir utama nikel mendapat peluang, namun tetap harus waspada terhadap penurunan permintaan global.

Krisis geopolitik juga memicu ketidakpastian pasar, memperkuat posisi komoditas sebagai aset lindung nilai. Investor global mulai mengalihkan aset ke sektor energi dan logam mulia seperti emas dan perak.

Pasar kini menanti arah kebijakan negara-negara produsen dan konsumen minyak utama dunia. Apabila Selat Hormuz tetap ditutup lebih dari sebulan, harga bisa melewati $130 per barel.

Situasi ini dapat memperdalam tekanan ekonomi global dan memicu perlambatan pertumbuhan dunia. Kalau kamu butuh versi PDF atau mau ditambahkan grafik tren harga, aku bisa bantu juga.

Share

Leave a comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Don't Miss

Jakarta Bersiap Hadapi Gelombang Aksi Buruh Nasional

Pemuja.com – Ribuan buruh dari berbagai sektor industri tengah bersiap menggelar aksi demonstrasi besar-besaran di Jakarta pada 28 Agustus 2025. Aksi ini bukan...

Wow! Minyak Jelantah Resmi Jadi Bahan Bakar Pesawat ?

Pemuja.com – Indonesia mencatat sejarah baru dalam dunia penerbangan dengan sukses meluncurkan penerbangan komersial pertama yang menggunakan bahan bakar pesawat berbasis minyak jelantah....

Related Articles

Banjir Terjang Pulau Dewata, 9 Warga Meninggal

Pemuja.com – Pulau Dewata, Bali, yang selama ini dikenal sebagai destinasi wisata...

Ferry Irwandi Terancam Pidana, “Saya Tidak Takut”

Pemuja.com – Nama Ferry Irwandi, CEO Malaka Project dan kreator konten digital,...

Israel Serang Qatar, Petinggi Hamas Jadi Target

Pemuja.com – Pada tanggal 9 September 2025, militer Israel melancarkan serangan udara...

Janji 19 Juta Lapangan Kerja, Kontras dengan Realita

Pemuja.com – Suasana sedih dan haru di sebuah aula sederhana. Ratusan buruh...