Pemuja.com – Israel kembali melancarkan serangan udara besar-besaran di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 400 orang, termasuk anak-anak dan perempuan.
Serangan ini terjadi setelah kebuntuan dalam negosiasi gencatan senjata yang sebelumnya disepakati pada Januari 2025.
Latar Belakang Gencatan Senjata
Kesepakatan gencatan senjata awalnya dirancang untuk menghentikan perang secara bertahap, termasuk penarikan pasukan Israel dari Gaza dan pembebasan sandera yang ditahan Hamas.
Namun, negosiasi mengalami kebuntuan karena kedua pihak saling tuduh melanggar kesepakatan. Hamas menuduh Israel menolak beralih ke fase kedua yang seharusnya mengarah pada gencatan senjata permanen, sementara Israel mengklaim bahwa Hamas tidak memenuhi kewajiban untuk membebaskan sandera tambahan.
Memanasnay Konflik
Serangan terbaru ini menargetkan infrastruktur strategis Hamas serta sejumlah pejabat tinggi kelompok tersebut.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa serangan ini dilakukan untuk menghancurkan kemampuan militer Hamas dan membebaskan sandera yang masih ditahan.
Di sisi lain, Hamas mengutuk serangan tersebut sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata.
Dampak Kemanusiaan
Krisis kemanusiaan di Gaza semakin memburuk. Rumah sakit kewalahan menangani lonjakan korban, sementara bantuan kemanusiaan terhambat akibat blokade yang diberlakukan Israel.
Banyak warga sipil yang menjadi korban, termasuk perempuan dan anak-anak.
Negara-negara seperti Mesir dan Qatar, yang sebelumnya menjadi mediator dalam kesepakatan gencatan senjata, menyerukan penghentian kekerasan dan pembukaan jalur bantuan kemanusiaan.
Namun, hingga kini, usaha diplomatik belum membuahkan hasil konkret.
Leave a comment